Jumat, 06 April 2012

Lima Hal Yang Bisa Dipelajari Pada Leg Kedua Perempat-Final Liga Champions (4-5 april 2012)

PERFORMA & KEBUGARAN PIQUE MENCUATKAN KEKHAWATIRAN DI KUBU BARCA


Gerard Pique sudah berada di jalur yang tepat untuk menjadi salah satu bek tengah paling disegani di Eropa. Namun, sejumlah cedera sebelum musim digulirkan membuat performanya cukup terganggu. Dia menjadi pemain yang kikuk sepanjang musim 2011-12. Menghadapi AC Milan, Pique bukanlah sosok tenang dan kokoh seperti yang ditunjukkannya dalam musim-musim lalu. Sebaliknya, dia terlihat canggung, gelisah dan panik sebelum akhirnya ditarik keluar ketika laga berjalan satu jam. Hal itu semakin mencuatkan tanda tanya atas daya tahan tubuhnya saat ini.
Pique terlihat kesulitan menghadapi Robinho di atas tanah dan dia pun takluk oleh Zlatan Ibrahimovic dalam pertarungan di udara. Dia beruntung terhindar dari ‘hukuman’ ketika tendangannya saat hendak membuang bola terlihat mengenai lengan Robinho. Singkatnya, performa Pique menurun. Mengingat usia serta kemampuannya, situasi ini tentu hanyalah sementara namun sudah cukup untuk membuat Barcelona khawatir. Apalagi skuad Blaugrana kini cukup bergantung pada gaya bertahannya yang terbilang unik.
Masalah di luar lapangan, serta tingkat konsentrasi Pique yang sulit dipastikan saat berada di lapangan membuat Pep Guardiola kehilangan kepercayaan terhadap pemain 25 tahun. Laga kontra Milan bukanlah penampilan terburuk Pique di musim ini, tapi itu membuktikan bahwa Pique bukanlah pemain yang sama seperti musim lalu. Performa serta kebugaran tubuhnya mencuatkan kekhawatiran bagi Barcelona, mengingat mereka harus menghadapi Chelsea dalam waktu dekat. Hal ini juga menjadi kekhawatiran di kubu Spanyol yang akan melakoni Euro 2012. Masalah apapun yang dihadapi Pique, tentu harus cepat diatasi.


OLIC MENGINGATKAN KITA TERHADAP KEMAMPUANNYA


Dia sama terkejutnya dengan orang-orang lain ketika namanya dimasukkan dalam skuad inti Bayern Munich saat memetik kemenangan 2-0 atas Marseille di leg kedua. Tapi, Ivica Olic tetap membuktikan bahwa dia masih layak diperhitungkan. Striker Kroasia itu saat ini berusia 32 tahun dan telah melewati berbagai cedera dalam 18 bulan terakhir. Tapi, dia tetap lapar, tak kenal lelah dan mematikan di depan gawang. Olic memang sudah lama dipuji atas kerja kerasnya, namun bukan berarti kemampuan lainnya tidak bernilai. Menghadapi OM yang tidak diunggulkan, permainannya tajam dan penyelesaiannya tidak pernah salah.
Dua gol, serta 75 menit waktu yang didapatnya di lapangan, tentu akan memikat sejumlah klub Eropa. Meskipun Olic sendiri mengungkapkan bahwa Wolfsburg adalah klub yang paling serius mendapatkan tanda tangannya. Felix Magath dan Ivica Olic, kombinasi yang sangat cocok tentunya. Namun, Olic pun mengaku jika dirinya belum bisa memastikan hengkang dari Allianz Arena kendati posisi Mario Gomez yang tengah on-fire akan sulit digeser.
Olic ingin diturunkan lebih sering dan dia layak mendapatkannya. Sangat disayangkan jika cedera mengganggu kontribusinya untuk klub serta skema permainan yang dibentuk oleh Louis van Gaal maupun Jupp Heynckes dan akhirnya membuat Olic kerap dicadangkan. Jangan salah, Olic adalah striker dengan kualitas yang jarang dimiliki pemain lain, serta memiliki peran dan upaya yang terjamin.


CHELSEA HARUS BERKEMBANG SEBELUM MENGHADAPI BARCA JIKA TIDAK INGIN TERELIMINASI

“Chelsea tidak punya peluang ketika menghadapi Barcelona,” adalah prediksi pelatih Benfica Jorge Jesus usai skuadnya takluk di Stamford Bridge. Kata-katanya, meskipun terdengar kejam, agaknya bakal mendapat pesetujuan dari banyak pihak. The Blues berhasil menang 2-1 di kandang sendiri setelah mengalahkan Benfica 1-0 di Lisbon. Tapi, sejujurnya, hasil itu tidak cukup meyakinkan untuk bertarung menghadapi Barca. Gol telat Raul Meireles menjadikan pemain Portugal sebagai penentu kemenangan di akhir laga mengingat tim tamu tampil dominan, meskipun hanya diperkuat 10 pemain.
Wasit Damir Skomina tidak punya pilihan ketika mengusir Maxi Pereira kendati mendapat protes keras dari klub Portugal atas keputusan itu, begitu juga terhadap hadiah penalti yang diberikan setelah Ashley Cole dilanggar Javi Garcia. Chelsea harus bersusah-payah mengimbangi permainan apik yang ditunjukkan pemain-pemain seperti Pablo Aimar dan Bruno Cesar. Sayangnya, Benfica tidak bisa menciptakan peluang yang cukup bagus.
Menyusul musim yang sulit, di mana kembali terjadi penggantian pelatih oleh Roman Abramovich, sebuah tempat di semi-final Liga Champions menjadi hasil yang luar biasa bagi tim yang berada dalam masa transisi.
Kegagalan mempertahankan penguasaan bola ataupun mendominasi Benfica di kandang mereka sendiri, Chelsea telah menunjukkan bahwa mereka cukup rapuh untuk menghadapi Barca. Tim asuhan Roberto Di Matteo tidak memiliki pertahanan yang cukup kokoh seperti ketika bersama Jose Mourinho dan Guus Hiddink. Jadi, taktik menahan Blaugrana dan berharap melakukan serangan balik tidaklah cukup. Sayangnya, saat ini tidak banyak yang dapat dilakukan Chelsea.

WAKTU PEMBUKTIAN BAGI REAL MADRID


Dua hasil imbang secara beruntun di ajang La Liga sudah cukup untuk mencuatkan kemarahan Real Madrid. Berada di puncak klasemen, mengungguli Barcelona, menjadi tekanan tersendiri, di mana Madrid belum melakoni cukup banyak laga bersama Jose Mourinho. Jika pertandingan-pertandingan menghadapi Malaga dan Villarreal menjadi kekhawatiran bagi Los Blancos, maka empat laga berikutnya bisa jadi membuat mereka panik. Kini saatnya bagiskuad Mourinho untuk tampil dengan tenang.
Pertandingan menghadapi Valencia dan Atletico Madrid bisa jadi membuat keunggulan atas Barcelona semakin terpangkas, dengan asumsi anak-anak asuh Pep Guardiola mampu memaksimalkan keadaan. Madrid merespon hasil imbang mereka dengan cukup keras, yaitu meraih kemenangan 5-1 hingga dua kali, dan kini mereka memasuki periode yang akan menentukan hasil akhir musim. Penampilan Valencia dipastikan tampil di Liga Champions musim depan, sementara derby Madrid bisa menjadi ujian yang cukup berat. Kunjungan ke Allianz Arena menghadapi Bayern Munich harus dilakoni setelah meladeni perlawanan Sporting Gijon. Pada saat itu, kita akan lebih mengetahui mental juara Real Madrid.
Dua opini terpisah ditujukan terhadap Madrid; mereka belum menghadapi lawan yang sulit di ajang Liga Champions, sementara di ajang La Liga banyak pihak menilai Barcelona tidak cukup ngotot mempertahankan juara. Kini, tiba saatnya bagi Madrid untuk membuktikan potensi mereka dan mempertahankan keunggulan mereka di kompetisi domestik serta dalam menghadapi ujian sesungguhnya di ajang Liga Champions.


WASIT ADA UNTUK MENEGAKKAN PERATURAN, BUKAN MEMBUATNYA


Pembicaraan mengenai kemenangan Barcelona atas AC Milan serta keberhasilan Chelsea mengungguli Benfica terutama fokus kepada kemampuan ofisial pertandingan dalam mengambil keputusan. Bjorn Kuipers dan Damir Skomina dicerca oleh perwakilan Milan dan Benfica karena dituduh memihak tim tuan rumah. Keputusan Kuiper memberikan penalti kepada Barcelona karena Alessandro Nesta menarik seragam Sergio Busquets mungkin terlihat berlebihan, namun pemain veteran Italia itu seharusnya sejak awal tahu lebih baik di mana dia bisa meletakkan tangannya.
Barcelona tidak diuntungkan oleh keputusan bias para wasit, tapi sulit untuk tidak mengatakan mereka tidak tahu cara untuk membuat ofisial mengikuti keinginan mereka. Tidak ada tim yang bereaksi sangat keras terhadap pelanggaran seperti Barcelona. Tapi mereka tidak curang. Mereka juga tidak menerima keringanan dari pimpinan UEFA. Jika diingat, terdapat sejumlah insiden yang bisa menghapus teori konspirasi tersebut: offside yang mewarnai gol Manchester United ketika klub Inggris menyamakan kedudukan di final musim lalu; kartu merah yang diterima Eric Abidal ketika menghadapi Chelsea di semi-final 2009; gol offside Diego Milito di semi-final 2010, begitu juga ditolaknya penalti untuk Alexis Sanchez di leg pertama perempat-final.
Sementara itu, komplain yang dilontarkan Benfica tidak bisa dibenarkan. Maxi Pereira mendapat kartu kuning karena komentarnya terhadap wasit dan menerima kartu kedua akibat tindakannya menendang tulang kering lawan. Javi Garcia tidak berupaya memainkan bola di kotak penalti ketika melanggar Ashley Cole. Mereka tidak bisa mengarahkan telunjuk ke arah wasit ketika permainan mereka tidak cukup bagus.


sumber : www.goal.com
koppasus#16

0 komentar:

Posting Komentar